Pembacaan Alkitab: Johanes 19:28-30

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Peringatan Jumat Agung kali ini berbeda dengan biasanya. Bukan saja kita lakukan ibadah Jumat Agung ini secara online, tetapi juga kita sedang berada ditengah-tengah tantangan, berjuang menghadapi wabah Covid 19 atau coronavirus. Kita bersyukur dengan perkembangan teknologi dan media sosial, kita bisa mengikuti terus peristiwa demi peristiwa yang sedang terjadi di seluruh dunia.

Kita bisa mengikuti perkembangan terakhir, ada berapa jumlah orang yang terkena positif Coronavirus, berapa orang yang telah berhasil disembuhkan dan berapa orang yang meninggal. Sampai saat ini, virus ini masih terus menyebar dari manusia ke manusia dan menyebabkan penyakit yang serius dan juga mengancam hidup manusia. Kita tidak tahu kapan hal ini akan berakhir.

Berita duka yang terus kita dengar, termasuk berita duka dari orang-orang yang kita kenal, dekat dan kasihi, membuat kita saat ini seperti berada di lembah kekelaman. Bayang-bayang kematian terus mengancam dan terasa begitu dekat. Melalui peristiwa pandemik coronavirus ini, kita manusia diingatkan bahwa hidup kita di dunia ini hanya sementara. Kita tidak akan hidup selamanya di dunia. Cepat atau lambat, kita akan meninggalkan dunia ini.

Beberapa negara sudah mengalami kewalahan menanggani begitu banyaknya para korban coronavirus, yang meninggal. Saya mengutip pernyataan dari Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte, beberapa waktu yang lalu, kita tahu bahwa Italia salah satu negara yang banyak mengalami korban kematian. Ia berkata’ Penjagaan kami sudah tiada. Penyakit ini terus membunuh kami...’ Pada saat saya mempersiapkan kotbah ini sudah hampir 14.000 orang meninggal di Italia. Italia yang merupakan pertahanan kesehatan salah satu yang terbaik di dunia, ternyata tidak berdaya menghadapi Covid 19 atau Coronavirus ini.

Sdr-sdrku, hari selasa tanggal 31 maret yang lalu, saya dikejutkan dengan berita meninggalnya seorang rekan pendeta juga akibat coronavirus. Ia seorang pendeta wanita GKI, masih muda dan dikaruniakan dua anak yang masih kecil. Sampai saat ini suaminya, yang juga seorang pendeta, masih berjuang di rumah sakit melawan coronavirus. Sungguh, kita manusia tidak tahu kapan waktunya, kita akan dipanggil pulang oleh Tuhan. Pertanyaan bagi kita: Apakah kita sudah siap, ketika waktunya tiba?

Sdr-sdr yang dikasihi Kristus,

Dalam menghadapi situasi seperti sekarang ini, tidak sedikit orang yang bertanya kepada Tuhan, ‘Mengapa Tuhan?’ ‘Di manakah Engkau, Tuhan?’ Walau pun sebenarnya kita tahu bahwa setiap hari bahkan setiap menit, di dunia ini ada manusia yang meninggal. Tetapi barangkali sebelum kejadian pandemik coronavirus, kita manusia terlalu sibuk dengan urusan kita sehingga kita tidak terlalu peduli untuk memikirkan apa arti hidup dan juga kematian.

Sdr-sdr, hari ini kita memperingati Jumat Agung. Jumat Agung adalah salah satu hari raya gerejawi yang penting bagi umat kristiani dan Gereja. Terlebih lagi dengan keadaan dan situasi dunia saat ini, kita bisa lebih sungguh-sungguh menghayati, apa arti kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib dan dampaknya bagi kehidupan kita manusia.

Pada hari Jumat Agung, kita mengenang saat-saat terakhir dari kesengsaraan dan kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib. Kita merenungkan kembali betapa besar kasih Allah bagi kita manusia berdosa, sehingga Ia yang tidak bersalah, rela menyerahkan dan mengorbankan diri-Nya untuk menyelamatkan umat manusia.

Sering dipertanyakan. Mengapa Tuhan Yesus harus menjadi manusia dan mati di atas kayu salib? Bukankah Dia, Allah yang Mahakuasa. Pasti Dia sanggup melakukan apa saja. Apakah memang tidak ada jalan lain untuk menebus dosa dan menyelamatkan manusia? Sdr-sdr, secara logika, kalau ada jalan atau cara lain, untuk menebus dosa dan menyelamatkan umat manusia, tentu Tuhan Yesus tidak perlu datang ke dunia dan mengorbankan diri-Nya.

Tuhan Allah tahu bahwa semua manusia telah berdosa dan tidak berdaya, tidak sanggup untuk menyelamatkan dirinya. Roma 3:23, mengatakan bahwa ‘Karena semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah.’ Lalu Roma 6:23 mengatakan bahwa ‘Upah dosa ialah maut…’ Artinya kematian yang kekal. Dengan kata lain, hukuman dosa itu mengakibatkan kita manusia akan terpisah dari Allah untuk selama-lamanya.

Sdr-sdr, kita bisa membayangkan, apa yang akan terjadi kalau Tuhan Yesus tidak datang ke dalam dunia sebagai Mesias dan Juruselamat? Kita semua, manusia harus menanggung sendiri upah atau hukuman dosa kita, yakni kematian yang kekal. Kalau Tuhan Yesus tidak datang dan mati bagi kita, maka kita semua tidak berdaya dan menyerah pada kuasa kematian. Satu per satu, kita manusia, akan mengalami kematian dan terpisah dengan Allah.

Kalau Tuhan Yesus tidak datang dan mati bagi kita, hidup kita akan berakhir ketika kita meninggalkan dunia ini. Kematian menjadi kata akhir hidup manusia. Martin Heidegger, seorang filsuf pernah berkata,’ manusia begitu lahir berjalan menuju kematian. ‘ Kita bisa bayangkan umat manusia di dunia, yang tidak ada harapan, berjalan menuju kematian.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Oleh sebab itu, kita patut bersyukur, kalau dalam keberadaan kita manusia yang tidak berdaya dan tidak ada harapan menghadapi kuasa kematian, ternyata Allah kita tidak tinggal diam. Ia bertindak. Allah berusaha dan berinisiatif untuk menyelamatkan umat manusia, ciptaan-Nya dari hukuman dosa.

Untuk itulah Allah melalui Tuhan Yesus datang dan berinkarnasi menjadi manusia sejati. Jadi Tuhan Yesus datang ke dalam dunia dengan satu tujuan, yakni menanggung dosa seluruh umat manusia. Ada suatu misi atau tugas yang Tuhan Yesus harus jalani di dunia ini. Ia datang untuk menyelamatkan kita, umat manusia. Untuk itu, Ia rela disiksa, dimaki, diludahi, diolok-olok, dipukuli dan mati di salib seperti seorang penjahat. Ia rela menanggung semua siksa dan penderitaan demi keselamatan kita, orang-orang berdosa.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Tema ibadah Jumat Agung kali ini adalah ‘Sudah Selesai’ dalam terjemahan lama LAI dipakai kata ‘Sudah genap’, dan bahasa aslinya adalah ‘Tetelestai’. ‘Sudah selesai’ adalah salah satu perkataan Tuhan Yesus, di atas kayu salib.

Kalau kita membaca cerita tentang penyaliban Tuhan Yesus di semua kitab Injil, ditemukan ada tujuh perkataan Tuhan Yesus di atas kayu salib. Tiga di antaranya terdapat di Injil Lucas pasal 23: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’ (ay.34); ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’ (ay.43) dan perkataan Yesus sebelum menyerahkan nyawa-Nya, ‘Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku.’ (ay.46)

Ada satu perkataan Tuhan Yesus di atas kayu salib yang hanya terdapat di Injil Markus dan Matius, ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani’ (Mark 15:34) dan dalam Injil Mat 27:46, dikatakan ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Keduanya berarti sama: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Sedangkan tiga perkataan Yesus lainnya, terdapat dalam Injil Johanes pasal 19: ‘Ibu inilah, anakmu!’ …’Inilah ibumu!’ (ay.26-27); dan dalam perikop kita ada dua perkataan, ‘Aku haus!’ (ay.28) dan ‘Sudah selesai’ (ay.30).

Sdr-sdr, kalau kita perhatikan ketujuh perkataan Yesus di atas kayu salib, ternyata tidak ada satu perkataan pun yang berisi: caci maki, jerit kesakitan, perkataan balas dendam atau pun kutukan yang biasa dikatakan oleh orang-orang yang dihukum mati di salib. Tetapi Tuhan Yesus ditengah-tengah penderitaan-Nya di salib, masih mau memberi pengampunan dan peduli terhadap orang lain.

Mari saya mengajak kita memperhatikan perkataan Yesus yang ke-enam atau di Injil Johanes ini merupakan perkataan Yesus yang terakhir, ‘Sudah selesai’. Mengapa Yesus berkata ‘Sudah selesai’. Apa arti dari perkataan Yesus ini?. Paling tidak ada tiga arti:

  1. ‘Sudah selesai’ Yesus menyerahkan kehidupan-Nya sendiri, itu berarti bahwa misi atau tugas di dunia, yang diberikan kepada-Nya, yakni mati di salib untuk menebus dosa-dosa manusia, sudah diselesaikan, sudah digenapi, sudah dibawa sampai akhir.
  2. ‘Sudah selesai’ berarti juga bahwa kematian Tuhan Yesus telah menggenapi semua perkataan dan nubuatan Firman Tuhan, yang berkata tentang diri-Nya. 
  3. ‘Sudah selesai’ artinya kehidupan Yesus di dalam dunia sudah selesai. Ia telah mengalahkan maut. Oleh sebab itu, Yesus tidak perlu lagi menjadi manusia.

Kalau kita perhatikan perikop kita, ada sesuatu yang menarik, perkataan ‘Sudah selesai’ itu diucapkan justru sebelum Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. Ini berarti bahwa kemuliaan dan kemenangan Allah di dalam Yesus bukan dinyatakan sebelum Yesus menghembuskan nafas yang terakhir. Tuhan Yesus tidak mengatakan ‘Sudah selesai’ dengan rasa kesal karena mengalami kekalahan. Ia tampak kalah di kayu salib. Namun Dia tahu bahwa Dia telah menang.

Jikalau Yesus mati di dalam kegagalan dan setelah itu baru ada cerita tentang kebangkitan. Orang-orang tentu ragu untuk percaya akan kebangkitan Tuhan Yesus. Namun kebangkitan kita orang percaya dalam Kristus, merupakan satu hal yang pasti terjadi, karena sebelum mati, Yesus sudah mengatakan, ‘Sudah selesai’. Itulah sebabnya Yesus mengatakan ‘Sudah selesai’ sebagai suatu teriak ‘kemenangan’.

Sdr-sdr, kita belajar di sini bahwa perkataan ‘Sudah selesai’ merupakan perkataan yang sungguh berarti dan berharga bagi kita manusia berdosa.

Pdt Stephen Tong dalam bukunya ‘Tujuh Perkataan Salib’ menjelaskan ada relasi atau hubungan antara perkataan Yesus yang pertama, ke-empat dan ke-enam di atas salib. Perkataan pertama, ‘Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’ Di sini kita melihat, Yesus menunjukkan kasih Allah yang begitu besar, kasih yang tidak ada bandingnya.

Kalimat ke-empat, ‘Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’ ini merupakan penderitaan dan siksa yang tidak ada bandingnya. Yesus harus menanggung dosa semua manusia, seorang diri. Dan perkataan yang ke-enam ‘Sudah selesai’ ini merupakan suatu kemenangan yang tidak ada bandingnya.

Dari sudut pandang lain, perkataan pertama Yesus, berarti Kemurahan Allah yang luar biasa. Allah menyediakan pengampunan bagi manusia yang datang dan percaya kepada Kristus. Perkataan ke-empat itu menunjukkan Kemurkaan Allah yang luar biasa, artinya Dia Allah yang Maha-adil sehingga Anak Tunggal-Nya sendiri pun harus menerima hukuman pada waktu Ia dijadikan ‘berdosa’ menggantikan sdr-sdr dan saya. Dan perkataan ke-enam  ‘Sudah selesai’ kita bisa mengerti bahwa kuasa Allah yang luar biasa. Di atas kayu salib, Tuhan Yesus menyatakan Allah sebagai Allah yang Maha-kuasa.

Dengan keyakinan ini maka di dalam perkataan ‘Sudah selesai’ tersimpanlah segala pengharapan bagi orang yang beriman kepada Yesus Kristus. Perkataan ‘Sudah selesai’ tidak berarti ,sudah tamat atau habisnya sesuatu tetapi sekali lagi merupakan kemenangan. Jadi mungkin pada saat ini, kita sedang merasa ‘pesimis’ dengan keadaan yang terjadi di dunia, tetapi dengan perkataan Yesus ‘Sudah selesai’, sikap kita harus berubah menjadi penuh pengharapan. Karena Tuhan Yesus sudah mengalahkan maut. Semua penderitaan, sakit-penyakit dan kutuk atas manusia, sudah ditanggung dan dikalahkan oleh Yesus di atas kayu salib – ‘Sudah selesai’.

Sdr-sdr, kembali kepada pertanyaan: Mengapa Allah melalui Yesus harus datang ke dalam dunia sebagai manusia dan mati di salib? Karena kasih-Nya begitu besar bagi kita. Setiap kita, siapa pun kita, begitu berharga di mata Tuhan. Ia rindu untuk selalu berada bersama-sama dengan kita. Ia sudah datang sebagai juruselamat. Sudahkah sdr menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi sdr? Kalau belum, bukalah pintu hati sdr, selama masih ada kesempatan. Undanglah Yesus masuk ke dalam hati sdr, alami hidup baru di dalam Kristus.

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Sebentar lagi kita akan mengadakan Perjamuan Kudus, melalui roti yang kita makan dan anggur yang kita minum, tidak saja kita diingatkan kembali karya agung Kristus di atas kayu salib. Kasih dan pengorbanan-Nya yang begitu bagi kita. Tetapi melalui Perjamuan Kudus ini, kita umat kristiani yang berada di mana pun dan sedang mengikuti ibadah bersama ini, dipersekutukan dan dipersatukan sebagai tubuh Kristus.  Dan akhirnya melalui Perjamuan Kudus ini juga, membuktikan bahwa anugrah dan kehadiran Allah masih hadir dan nyata hingga saat ini. Ia tetap memegang kendali hidup kita.

‘Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa persekutuan dengan Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia.’ Tuhan memberkati kita semua.

AMIN.