Yohanes 20:24-29

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Izinkan saya bertanya. Jikalau anda harus mempercayai sesuatu, apakah anda tipe orang yang percaya dulu lalu melihatnya atau melihat dulu baru kemudian percaya? Memang ada orang yang tanpa harus melihat terlebih dahulu ia bisa langsung percaya, tapi ada juga orang yang harus melihat, harus ada bukti dulu baru percaya. Sebenarnya menurut teori “gates of belief” ada 3 gerbang atau pintu agar seseorang dapat menerima informasi dengan baik lalu mempercayainya.

Yang pertama, gerbang atau pintu Visual, orang tipe ini tidak cukup hanya mendengar apa yang dikatakan orang, tetapi ia harus melihat dulu, baru percaya.

Yang kedua, gerbang atau pintu Auditori, orang tipe ini hanya dengan mendengarkan kata-kata, misalnya mendengar kotbah seseorang, tanpa harus melihatnya pun, ia bisa menerima pesan yang disampaikan dan percaya.

Gerbang atau pintu yang ketiga, disebut Kinestetik, orang tipe ini, tidak cukup hanya mendengar dan melihat, tetapi ia harus mengalami sendiri untuk bisa percaya. Nah, salah satu orang tipe ini adalah tokoh dalam perikop kita yakni Tomas, salah satu murid Yesus.

Bagi Tomas untuk bisa mempercayai peristiwa Kebangkitan Yesus, tidak cukup ketika para murid yang lain berkata dan memberi kesaksian kepadanya bahwa mereka telah melihat Tuhan Yesus yang telah bangkit. (Ay 25). Dan kalau kita ingat dalam pasal sebelumnya, Johannes 11, ada peristiwa Lazarus dibangkitkan dari kematiannya oleh Tuhan Yesus. Kalau kita baca ay. 16, jelas bahwa Tomas pada waktu itu, juga hadir dan menyaksikan sendiri peristiwa bagaimana Yesus membangkitkan Lazarus dari kematiannya.

Namun bagi Tomas untuk bisa mempercayai peristiwa Kebangkitan Tuhan Yesus, ia perlu melihat sendiri bukti dan mengalaminya. Oleh sebab itu, ia berkata kepada rekan-rekannya, “Sebelum aku melihat paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”

Bagi Tomas, peristiwa penyaliban dan kematian Yesus, sudah terjadi seperti apa yang dia duga. Yesus, Gurunya, yang tadinya ia begitu harapkan bisa menjadi Mesias, yang membebaskan bangsanya dari penjajahan Romawi, ternyata mati. Peristiwa kematian dan ditinggal orang yang sangat ia kasihi dan harapkan, merupakan sebuah pukulan yang sangat berat bagi Tomas.

Banyak penafsir Alkitab yang mengatakan bahwa Tomas adalah murid Yesus yang memiliki kepribadian yang menurut teori Hippocrates dan Galenus, yakni tipe orang melankolis. Artinya, tipe pribadi seseorang yang perasaan lebih mendominasi perilakunya, dan lebih sering merasa kuatir atau takut. Ia bersikap pesimis dan sering memandang suatu masalah dari sisi negatifnya (skeptis) dan tidak mudah untuk cepat percaya.

Jadi orang dengan tipe kepribadian ini, juga tidak mudah untuk cepat membuat keputusan. Karena kalau ia ada masalah, maka ia akan memakai perasaannya, kemudian ia pikirkan, setelah itu dirasakan kembali dalam hati, lalu dipikir atau dipertimbangkan lagi, begitu seterusnya. Tidak aneh kalau orang tipe kepribadian ini, disebut sebagai orang peragu atau orang yang ragu-ragu. Ia tidak akan mengambil keputusan sebelum memiliki cukup atau banyak data.

Sdr-sdr, apa yang terjadi pada Tomas, bukan karena ia tidak mengasihi Tuhannya. Tetapi kematian Tuhannya, membuat ia merasa begitu kecewa dan kehilangan yang mendalam. Peristiwa ini membuat ia ragu tentang Tuhannya. Apakah benar yang dikatakan oleh rekan-rekannya itu bahwa Yesus, Gurunya sudah bangkit.

Perikop kita memperlihatkan bahwa di antara para murid Yesus yang selama itu bersama-sama dengan-Nya, ternyata ada juga yang ragu. Mengapa koq murid Tuhan Yesus bisa menjadi ragu? Sdr-sdr, yang menarik adalah walaupun nama Tomas ada disebut dalam ke-empat kitab Injil sebagai salah satu dari ke-duabelas murid Yesus namun hanya di kitab Injil Johanes yang memberi keterangan tentang Tomas.

Jadi bukan suatu kebetulan, tetapi ada maksud dari penulis Injil Johanes mengikut-sertakan kisah Tomas dalam Injilnya. Mari kita coba lebih mendalami pergumulan Tomas ini. Peter Chao, dari Eagles Leadership dalam salah satu artikelnya membahas mengenai keraguan Tomas ini. Menurutnya,

  1. Keraguan itu bisa begitu meresap (Doubt is pervasive). Artinya keraguan itu adalah respons yang biasa atau umum setelah kita mengalami sesuatu  peristiwa yang sangat buruk atau mengecewakan. Kejadian itu bisa meresap ke dalam hati dan pikiran dan membuat kita ragu.
  2. Keraguan itu menanggapi (Doubt is perceptive). Keraguan itu bukan tidak percaya, namun terjadi proses ketika pikiran kita mencoba memilah atau memisahkan apa yang sedang terjadi di dalam hati kita. Dan dalam keraguan itu, pikiran kita berusaha untuk mengerti pengalaman buruk yang kita alami dalam hidup ini. Tomas bergumul. Pikirannya sulit memahami peristiwa penyaliban Yesus. Bagaimana mungkin, sesuatu yang begitu menjanjikan, namun berakhir dengan kekecewaan. Sdr-sdr, dalam kenyataan, tidak sedikit orang yang ragu, tetapi tidak berterus terang, mungkin kuatir dianggap tidak beriman sehingga berusaha untuk menutupi keraguannya. Tetapi tidak demikian dengan Tomas. Ia tidak membiarkan keraguannya membara di dalam hatinya sendiri. Sebaliknya, dia berani jujur dan sharingkan pergumulan tentang keraguannya kepada murid-murid lainnya.
  3. Keraguan itu bersifat pribadi. (Doubt is personal). Keraguan itu tidak pernah hanya bersifat intelektual, tetapi selalu pribadi. Bagi Tomas, yang membuat dia ragu adalah sesuatu yang pribadi, yaitu kematian Tuhannya. Bagaimana rasanya, ketika kita kehilangan orang yang kita kasihi dan harapkan? Tentu pengalaman ini, bisa menimbulkan pertanyaan mengenai cara kita berpikir tentang Tuhan. Mengapa Tuhan mengizinkan hal ini terjadi?

 

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Dengan penjelasan di atas, semoga kita bisa lebih mengerti mengenai pergumulan yang dialami oleh Tomas. Ada pergolakan dalam batinnya, yang membuat Tomas ragu akan kebangkitan Yesus, Gurunya. Lalu apa reaksi Yesus terhadap Tomas si peragu ini? Tuhan Yesus tentu tahu dan mengenal setiap karakter serta kelemahan dari para murid-Nya.

Ketika pikiran berbenturan dengan hati, muncullah keraguan. Dan yang kita butuhkan pada saat keraguan, bukanlah argumentasi, perdebatan, cemoohan atau hinaan, tetapi damai sejahtera dari Allah. Itulah yang Tuhan Yesus lakukan. Ia tidak marah, tidak mencela, apalagi menantang Tomas. Tetapi Ia datang dan menghampirinya serta memberi berkat: “Damai sejahtera bagi kamu”.

Tidak itu saja, sdr-sdr Yesus pun mengundang Tomas untuk melihat tangan-Nya, sesuai dengan persyaratan yang Tomas ajukan untuk percaya, “Letakkan jarimu di sini; lihat tangan-Ku. Raih tanganmu dan letakkan di sisi-Ku. Berhentilah ragu dan percaya”. Kita tidak tahu apakah Tomas mencucukkan jarinya atau tidak, karena teks di Alkitab tidak menceritakan hal itu.

Tapi, kehadiran dan pertemuannya dengan Yesus yang sudah bangkit dan mendengar suara firman-Nya yang hidup itu, sudah cukup membuat Tomas yang tadinya ragu-ragu untuk percaya dan menuntut bukti, menyatakan pengakuan imannya, “Ya Tuhan dan Allah-ku”.

Inilah puncak dari rangkaian kisah perjumpaan dengan Yesus yang dramatis dalam kitab Injil Johanes: “Dimana ketidakpercayaan dikalahkan atau diatasi dengan suatu pengakuan. Dan keraguan serta ketakutan telah “ditelan” oleh pernyataan iman, penyembahan dan pujian”.

Lalu dalam ayat terakhir 29, jawaban atau respons Yesus kepada Tomas, kelihatannya sebagai anti-klimaks, namun sebenarnya ini juga merupakan klimaks dari tema sentral lainnya dalam Injil Johanes yakni: tentang hubungan atau relasi antara melihat (seeing) dan percaya (believing). Kata Yesus kepadanya, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya.” Dan perkataan terakhir Yesus kepada Tomas dan juga kepada para pembaca dari Injil Johanes ini termasuk kita adalah:” Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

Sdr-sdr yang dikasih Tuhan Yesus,

Melalui kisah Tomas dalam Injil Johanes ini, kita bisa belajar bahwa untuk percaya atau beriman kepada Tuhan Yesus, ternyata memiliki juga ruang untuk keraguan. John Piper dalam bukunya yang terbaru tentang “Coronavirus and Christ” berkata, “Iman yang alkitabiah tidak melompat di dalam kegelapan”. Iman itu terjamin dan berdasar. Bukan tindakan yang nekad atau “membabi buta” asal percaya.

Iman yang menyelamatkan di dalam firman Tuhan didasarkan pada “melihat” – benar-benar melihat. Melihat apa? Melihat adanya “terang rohani” yang bersinar melalui pemberitaan Injil – kabar sukacita dalam Alkitab mengenai keselamatan Allah melalui Tuhan Yesus. Hal inlah yang telah dilihat dan dialami oleh Tomas. Memang mulanya, ia ragu-ragu namun akhirnya ia percaya karena “melihat” terang rohani dalam diri Yesus yang telah bangkit.

Sdr-sdrku, kisah Kebangkitan Yesus bukanlah hanya cerita tentang Yesus yang tadinya mati lalu bangkit. Tetapi kisah Kebangkitan Yesus adalah tentang kuasa (power) Allah yang telah hadir dan sedang bekerja. Kuasa yang kita dan dunia ini, tidak bisa dan tidak mampu mengontrolnya. Kuasa yang telah mengalahkan upah dosa, yakni maut.

Kuasa kebangkitan Yesus inilah juga, yang telah mengubah secara radikal kehidupan Tomas. Dari seseorang peragu yang jujur menjadi misionaris yang bersemangat. Tomas setelah meninggalkan Palestina, dia terus memberitakan Injil di India sampai ia mati sebagai martir di dekat kota Madras, sekarang dikenal dengan nama Chennai. Kuburan atau makam Tomas, dipercaya saat ini masih terdapat di bawah altar gereja Basilika Santo Thomas di Chennai, di India.

 

Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan Yesus,

Sekarang marilah kita melihat sejenak pada kehidupan kita saat ini. Barangkali, di satu sisi banyak dari antara kita yang sudah bosan atau jemu dengan situasi ini. Bosan atau jemu tinggal di rumah saja. Lelah dengan situasi yang mencekam. Kita tidak tahu sampai kapan keadaan ini berakhir dan kembali normal.

Namun, sekali lagi kita semua diingatkan, melalui kejadian pandemi covid 19 ini, ternyata bukan “apa” yang terpenting yang bisa kita andalkan dalam situasi ini (uang, harta, posisi atau jabatan) tetapi “siapa” yang terpenting dalam hidup kita dan yang bisa kita andalkan.

Dalam keadaan yang tidak menentu dan tidak pasti ini, bisa saja muncul keraguan di mana-mana di sekitar kita, atau mungkin juga ada di hati kita. Nah, siapa yang kita bisa andalkan dalam situasi seperti ini? Kita semua membutuhkan damai sejahtera dari Tuhan. Kita bersyukur mempunyai Tuhan yang hidup, yang sudah bangkit dari kematian.

Mari kita alami dan andalkan kuasa kebangkitan Yesus, di dalam hidup kita masing-masing. Di dalam keraguan kita, biarlah kita tetap memegang erat tangan Tuhan  dan tetap beriman kepada-Nya.

Kiranya kuasa kebangkitan Yesus yang telah mengubah hidup Tomas, juga menyertai kehidupan kita semua, khususnya dalam masa-masa sulit ini. Tuhan memberkati kita semua.

AMIN.