Pembacaan Alkitab: Efesus 5:15-17

Kevin Carter adalah seorang fotografer yang mendambakan mendapatkan award sebagai tanda prestasinya. Ia mengirimkan foto-foto yang dibuatnya ke ajang kompetisi-kompetisi namun ia tdak pernah menang. suatu ketika ia pergi menjadi fotografer freelance dan pergi ke Sudan yang saat itu juga sedang mengalami konflik internal.
Kevin berhasil mengabadikan sebuah foto yang membawa ia mendapatkan apa yang diinginkannya. Kevin memenangkan Pullitzer Award. Sebuah award yang cukup berharga di bidang jurnalistik.
Foto yang diabadikannya adalah foto seorang gadis kecil yang tidak jauh dari pada nya ada seekor burung pemangsa manusia. Foto itu megabadikan dengan sempurna ketakutan gadis kecil itu dan juga burung yang seolah menatap sang gadis kecil. Kevin menang.

Kevin Carter (Pullitzer Award 1994)
Kevin Carter

Apa yang diimpikannya berhasil. Ia mencapai apa yang menjadi keinginan dan ambisinya. Banyak orang berkomentar mengenai foto yang berhasil membuatnya meraih kemenangan. Orang bertanya-tanya bagaimana nasib gadis kecil itu, apakah gadis kecil itu hidup atau dia mati dimangsa burung yang ada dalam foto itu. Tidak lama setelah Kevin memenangkan Pullitzer Award Ia diketemukan tewas bunuh diri. Kevin tidak bahagia. Kevin bahkan memilih mengakhiri hidupnya. Apa yang ia pikir adalah tujuan hidupnya setelah ia mencapainya ia malah tidak menemukan kebahagiaan.

Efesus 5:15 mengatakan: 5:15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, jjanganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.
Kita perlu menata hidup kita dengan baik sehingga kita tidak hidup seperto orang bebal namun seperti orang arif. Tidak hidup seperti orang bodoh namun hidup dengan bijaksana, bagaimana caranya?
Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak m Tuhan., Paulus menekankan dalam Efesus 5:17 bahwa upaya kita untuk tidak hidup seperti orang bodoh adalah dengan berusaha mengerti kehendak Tuhan.
Kevin sibuk dengan mimpinya, Ia sibuk dengan ambisinya. Ia sibuk dengan keinginannya. Ia bahkan tidak berupaya bertanya apa yang TUhan mau ia lakukan dengan hidupnya.
Kalau saja pertanyaan itu ada di benaknya, pasti bukan kamera yang ia ambil saat itu, ia pasti akan berlari menyelamatkan gadis kecil itu. Namun impian, keinginan dan ambisinya membutakan mata Kevin untuk memberi ruang mencari kehendak Tuhan.
Orang arif mulai dengan bertanya apa yang Tuhan mau saya lakukan? Orang bebal mulai dengan bertanya apa yang mau saya lakukan dan tidak merasa perlu mencari apa kehendak Tuhan.
Apa pilihan Saudara? hidup sebagai orang bebal atau hidup sebagai orang arif?

Ada sebuah ilustrasi yang saya ingat pernah saya ceritakan saat anak saya masih kecil. Ilustrasi itu bercerita mengenai sayembara yang diadakan di kerajaan Iblis. Kerajaan Iblis mengadakan perlombaan untuk sedapat mungkin menarik manusia menjadi pengikut iblis. Akhirnya ditemukanlah 3 finalis sayembara itu.

Finalis 1 dengan percaya diri mengatakan saya punya cara jitu agar orang mau menjadi pengikut saya..saya akan memberitahukan kepada orang-orang bahwa surga dan neraka itu sama enaknya.
Neraka juga seenak surga jadi jangan takut masuk neraka. Neraka dan surga sama saja. Semua yang mendengar kagum...

Finalis no 2 datang dan ia mengatakan ya cara saya mirip2, tapi saya akan mengatakan tidak ada surga tidak ada neraka, buat saja sesuka hati, tidak ada surga tidak ada neraka.
Cara ini juga dirasa dapat menarik banyak manusia menjadi makin jatuh dalam dosa.

Nahhh finalis no 3. Finalis ini dengan malu-malu mengatakan, cara saya tidak sama dengan dua finalis yang lain, saya tidak menyebutkan surga dan neraka.
Cara saya, jika ada seorang ingin bertobat, jika ada seorang mau berbuat baik, jika ada seorang mau menolong orang lain, saya hanya akan berbisik, ee,..nanti aja...jangan sekarang...masih ada waktu...nanti saja....

Saya ingat sekali anak saya waktu itu dengan spontan mengatakan wah koko sering jadi korban kontestan no 3.
Take for granted bahwa masih ada waktu, Take for granted bahwa waktu ada dalam kendali kita. Menunda. Tidak memanfaatkan waktu dengan baik. Ini adalah ciri orang bebal bukan orang arif.

Efesus 5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
Dalam kehidupan kita seringkali menunda melakukan banyak hal, mungkin kita menunda berubah, menunda untuk ikut aktif pelayanan, menunda..menunda dan menunda, merasa waktu adalah milik kita padahal waktu bukan milik kita.
Sekarang kita bisa melakukan banyak hal..sekarang kita niat melakukan banyak hal namun apakah nanti kita masih bisa melakukan hal-hal yang mau kita lakukan? kita tidak dapat mememastikannya, mengapa? karena hari-hari ini adalah jalan, hari-hari ini bukan milik kita.
Orang yang arif tidak akan menunda, ia dengan arif akan memanfaatkan waktu dengan baik, orang yag bebal ia akan merasa waktu adalah miliknya dan tidak memanfaatkan waktu dengan baik. Anda dan saya, Orang bebal atau orang arif?

Hidup adalah membuat pilihan. Setiap hari kita pasti membuat pilihan dan ingatlah pilihan yang kita buat tidak hanya berimbas untuk diri dan kehidupan kita, pilihan yang kita buat juga berimbas pada diri dan kehidupan orang-orang di sekitar kita.
Saat kita memilih untuk egois dan mementingkan diri kita sendiri, kita hidup seperti orang bebal dan bukan orang arif. Orang di sekitar kita melihat kebebalan kita dan bukan belajar dari kearifan kita.
Saat kita sibuk menunda dan lupa memanfaatkan waktu dengan baik, kita sedang mempertontonkan kebebalan dan bukan kearifan kita.
Orang yang menjalani hidup dengan arif tanpa sadar menjadi berkat bagi orang lain, orang bebal hanya akan menjadi batu sandungan bagi orang-orag sekitarnya.

Saya menutup khotbah saya dengan pengalaman anak saya dengan ayah saya. Jika Ralf ditanya apa yang paling berkesan yang Ralf ingat tentang ayah saya, salah satu peristiwa yang ia selalu ingat dan menginspirasi adalah saat Ralf makan berdua ayah saya.

Mereka memesan makanan satu kotak yan berisi macam-macam jenis makanan, lalu Ralf nanya opa mau makan yang mana, kata Ralf opa jawab, opa makan yang Ralf ngga suka.
jadi saat itu ada ayam, opa makan ayam padahal opa ngga nyari ayam, opa makan tahu padahal opa juga ngga terlalu suka tahu. Peristiwa sederhana namun itu membekas dan menginsirasi untuk Ralf.

Hidup adalah pilihan, pilihan yan kita ambil menentukan apakah kita arif atau bebal, pilihan yang kita ambil menentukan apakah kita menginspirasi atau malah melukai?

Jalaninlah hidup seperti orang arif dengan belajar terus mencari kehendak Tuhan, belajar terus memanfaatkan waktu dengan baik, jangan pernah menunda karena esok bukan milik kita, buatlah pilihan-pilihan dengan baik sehinga kita menjadi berkat dan bukan batu sandungan. Menginspirasi dan bukan melukai.

Tuhan menolong kita.