Yehezkiel 3:1-11

Jemaat terkasih. Minggu lalu di kebaktian Online GKIN kita mendengar bagaimana Tuhan Yesus dicobai iblis sebanyak tiga kali. Puji syukur  bahwa Yesus mengalahkan pencobaan-pencobaan itu. Jika kita fokus kepada Yesus, maka kita juga dapat mengalahkan pencobaan yang ada. Bagaimana Yesus mengalahkan pencobaan? Dengan setiap kali mengandalkan Firman Allah. Hari ini kita mau mendalami pentingnya Firman Tuhan.

Banyak orang, khususnya pemuda dan remaja yang aktif di media sosial: facebook, instagram. Biasanya orang menaruh foto atau film dari liburan, kehidupan sehari-hari, hobi, dll. Ada juga ritual berkaitan makan. Ada orang yang menundukkan kepala sebelum makan. Bukan untuk berdoa, tetapi untuk membuat foto makanan. Nanti teman-teman bisa kasih jempol, artinya: kita suka foto/ film itu. Jika Yehezkiel mempunyai media sosial, ia akan memasang foto berikut ini dengan teks: ‘Sebentar lagi gulungan kitab ini saya makan… benar-benar saya makan habis loh’.

Bagaimana reaksi anda? Anda kasih ‘jempol’? Sebagai teman yang baik sebaiknya cepat anda telepon dan tanyakan apakah ia sungguh mau makan gulungan itu. Tanya juga apakah pikirannya masih sehat?

Yehezkiel adalah seorang imam yang termasuk orang-orang yang dibuang ke Babel sebelum Yerusalem dihancurkan oleh raja Nebukadnesar. Di sana, di negeri yang jauh dan asing itu ia dipanggil Tuhan menjadi nabi. Panggilan Yehezkiel disertai dengan penampakan Tuhan yang penuh kemuliaan. Ada angin ribut, petir dan kilat. Ada tahta yang diangkat oleh empat makhluk. Tiap makhluk itu mempunyai empat wajah yang berbeda: wajah manusia, singa, lembu, dan rajawali (Lihat: Yehezkiel pasal 1). Begitu dahsyatnya dan luar biasa kemuliaan Tuhan.

Sebagai nabi, Yehezkiel harus membawa berita dari Allah. Namun beritanya bukanlah berita yang menyenangkan untuk umat: Yerusalem, kota Allah akan dimusnahkan.

Dalam penglihatan itu, Yehezkiel melihat tangan dengan gulungan kitab. Di gulungan kitab itu tertulis nyanyian-nyanyian ratapan, keluh kesah dan rintihan (Yeh 2:10). Kemudian ia mendengar suara: ‘Hai anak manusia, makanlah gulungan kitab ini!’ Sebuah perintah yang aneh. Namun maksudnya jelas: Yehezkiel harus menerima pesan Tuhan itu dalam dirinya. Pesan Tuhan harus menjadi bagian dari dirinya sendiri.

Bagaimana rasa gulungan kitab itu? Isinya bukanlah berita yang baik. Isinya bisa kita ibaratkan seperti surat dari sekolah di mana tertulis bahwa saudara tidak lulus ujian. Atau seperti surat Pemutusan Hubungan Kerja. Nyanyian-nyanyian ratapan, keluh kesah dan rintihan. Pasti kita pikir rasanya pahit. Namun Yehezkiel terkejut karena rasa gulungan kitab itu manis seperti madu.

Bagaimana mungkin? Memang ini tidak bisa dimengerti, tetapi sungguh benar. Firman Tuhan manis seperti madu, walaupun berbicara tentang pembuangan, bahkan penghukuman. Mengapa? Karena Allah mengubah yang pahit menjadi manis, mengubah dukacita menjadi sukacita, mengubah kematian menjadi kehidupan, menggantikan belenggu menjadi kebebasan. Ia mengubah kutukan menjadi berkat! Lihatlah semua itu di atas kayu salib! Dari alat eksekusi menjadi sumber keselamatan satu-satunya bagi dunia.

Dari yang manis seperti madu kita mendapatkan kekuatan. Demikianlah Firman Tuhan bekerja di dalam kita. Seperti makanan rohani yang menghidupi kita dan memperbarui kita.

Firman Tuhan harus diberitakan kepada orang banyak. Firman Tuhan ingin bekerja di dalam manusia dan memperbarui. Namun manusia dapat menutup hati seperti orang Israel dalam pembacaan kita. Yehezkiel diteguhkan oleh Tuhan. Kalau Tuhan memanggil anda untuk membawa pesanNya, ketahuilah bahwa Ia akan menolong anda. Nabi Yehezkiel adalah seorang reformator dari zamannya, seorang yang membawa Firman Tuhan dan karenanya mereformasi umat Tuhan.

Minggu depan kita akan merayakan hari reformasi gereja. Sejarah ini berawal dari peristiwa 504 tahun yang lalu (31 Oktober 1517), pada waktu Martin Luther memakukan 95 dalilnya di pintu gereja Wittenberg Jerman.

 

Sama seperti Yehezkiel, Luther dipanggil Tuhan pada waktu badai dan hujan deras yang disertai petir. Luther seakan memakan Firman Tuhan. Firman Tuhan bekerja dan menguasainya. Roh Kudus bekerja di dalam diri Luther dan meyakinkannya bahwa hanya melalui anugerah Allah manusia dapat selamat dan bukan dengan melakukan perbuatan baik atau amal (Sola Gratia, hanya karena anugerah). Anugerah Allah tidak bisa dibeli seperti yang dipraktekkan gereja pada waktu itu dengan menjual surat indulgensi (surat penghapusan siksa dosa), tetapi hanya dapat diterima melalui iman kepada Yesus Kristus yang mati di salib untuk dosa-dosa kita (Sola Fide, hanya karena iman). Dan hanya Alkitablah sumber dari iman kepercayaan (Sola scriptura, hanya melalui Alkitab). Ajaran gereja, tradisi gereja, tata gereja, khotbah pendeta semuanya harus diuji berdasarkan Firman Tuhan!

Pada waktu Martin Luther bersembunyi di puri Wartburg di Eisenach sebagai Knight George, ia menterjemahkan Alkitab ke bahasa rakyat, yaitu bahasa Jerman. Sebelumnya Alkitab hanya ada dalam bahasa Latin dan hanya dapat dibaca oleh kaum elit di gereja (rohaniwan). Dalam waktu 10 minggu Luther menterjemahkan Alkitab Perjanjian Baru. Reformasi membawa Firman Allah kembali kepada umat, kepada semua orang percaya.

Seperti nabi Yehezkiel, Martin Luther dipanggil Allah untuk membawa FirmanNya kepada orang-orang. Allah melindungi Luther terhadap segala ancaman yang menerpa hidupnya. Sama seperti Allah melindungi Yehezkiel.

Tema kita hari ini adalah: ‘Pembaruan oleh Firman Tuhan.’ Apakah tidak menjadi kerinduan kita bahwa banyak orang tersentuh melalui perjumpaan dengan Tuhan di dalam FirmanNya?

Apa yang kita pelajari dari Yehezkiel? Sebelum kita membawa Firman Tuhan kepada orang lain, Firman Tuhan itu harus pertama-tama kita makan sebagai makanan rohani dan menjadi bagian hidup kita. Kalau Firman Tuhan masuk ke dalam kita, berarti Firman Tuhan tidak ada di luar kita, tetapi di dalam kita.

Berapa kali kita makan sehari? Dapatkah kita hidup sehari tanpa makan? Berapa sering kita mengambil Alkitab sebagai makanan rohani? Kiranya kita semua tiap hari lapar akan Firman Tuhan. Firman Tuhan manis seperti madu. Siapa yang suka makanan manis? Kalau anda suka, biasanya mau tambah terus kan? ‘Ah, satu lagi deh... Sekarang benar-benar yang terakhir’. Marilah kita membaca Alkitab seperti orang yang makan makanan manis itu: ingin tambah terus dan tidak bisa berhenti. ‘Ah, satu pasal lagi, ah, satu kitab lagi’. (Tanpa harus takut sakit diabetes atau kegemukan). Dengan tiap hari membaca Alkitab, Allah berbicara kepada kita secara pribadi. Ia memenuhi kita dengan kasih AnakNya Yesus Kristus. Ia memperbarui kita melalui Roh KudusNya. Bawalah juga Alkitab ke gereja, supaya anda dapat membaca sendiri dari sumbernya.

Di Belanda kita hidup di negara yang semakin sekuler. Banyak orang yang misalnya tidak mengetahui arti hari besar Nasional yang berakar dari kekristenen. Kalau orang ditanya apakah tahu apa artinya Hari Kenaikan atau Hari Pentakosta, maka banyak orang yang tidak tahu jawabannya. Namun yang juga mengkuatirkan ialah kurangnya pengetahuan Alkitab di antara orang Kristen sendiri. Ini dikatakan oleh Dr. Pieter Siebesma empat tahun lalu kepada koran Reformatorisch Dagblad. Dr. Siebesma adalah dosen bahasa Ibrani dan Perjanjian Lama dari Sekolah Tinggi Kristen di kota Ede. ‘Sangatlah mengejutkan bahwa banyak orang yang tiap Minggu ke gereja dan rajin mengikuti kebaktian, namun masih sedikit mengenal Alkitab’, kata  Dr. Siebesma. Hal ini tentu juga perlu menjadi perhatian penting bagi kita sebagai GKIN. Karena itu sangat penting bahwa banyak orang, di luar membaca Alkitab secara pribadi, juga ikut Pemahaman Alkitab dan Kelompok Tumbuh Bersama. Apakah kita ingin membawa Firman Allah kepada orang lain? Maka pertama-tama kita harus menerima Firman itu sendiri.

Panggilan Tuhan harus kita jalani. Namun tantangan, pergumulan, atau reaksi negatif orang bisa membuat kita jatuh. Kita bisa dikuasai kepahitan dan mau menyerah. Ini terjadi kalau kita berfokus pada situasi dan kondisi yang ada. Namun jika kita berfokus pada Firman Allah maka kita akan tetap bertahan. Sama seperti Yehezkiel dan Luther. Hidup melalui Firman Tuhan membuat kita tetap setia pada panggilan kita. Ikutilah panggilan saudara! Tekunlah! Jangan takut, karena Allah menyertaimu!  

Reformasi bukan hanya peristiwa 504 tahun yang lalu, tetapi tetap relevan bagi kita sekarang dan di sini. Moto dari reformasi adalah: Ecclesia Reformata Semper Reformanda. Artinya: Gereja reformasi harus terus menerus direformasi. Gereja Tuhan harus terus diperbarui.

Di tengah realitas baru, di tengah pandemi corona dan di tengah arus sekularisasi, kita ingin sebagai GKIN terus diperbarui oleh Roh Kudus. Hal ini belum lama kita gumuli bersama di pembinaan penatua dan aktivis tanggal 9 Oktober yang lalu dengan tema: ‘Bagaimana menjalankan tugas dan panggilan gereja ditengah realitas baru?’ (dalam hal Koinonia/ persekutuan, dalam hal Diakonia/ pelayanan kasih, dalam hal Marturia/ Kesaksian).

Jika anda tertarik dengan materi pembinaan ini, anda dapat memintanya kepada sekretaris GKIN. Marilah kita bersama-sama membangun jemaat Tuhan!

Allah ingin melakukan pembaruan: dalam hati manusia, dalam hati bangsa-bangsa, di gerejaNya, di masyarakat, di dunia ini. Allah membawa pembaruan melalui FirmanNya.

Kita bersyukur, bahwa melalui KDM-GKIN belum lama ini kita boleh membagikan 176 Alkitab kepada orang-orang di Kaimana, Papua, Indonesia. Alkitab: harta yang tak ternilai. Alkitab: surat cinta Allah untuk dunia ini. Kiranya 176 Alkitab itu membawa pembaruan di Kaimana dan terang Firman Tuhan terus memancar melalui para pembaca Alkitab.

Ketahuilah bahwa Firman Tuhan penuh kuasa! Seperti dikatakan di Yesaya 55:10-11 “Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.”

Jemaat yang terkasih. Marilah kita berdoa agar Firman Tuhan memenuhi bumi ini, bekerja dengan penuh kuasa, dan memberikan manusia makanan untuk hidup di dalamNya. Marilah kita menjalankan panggilan Tuhan untuk membawa FirmanNya dan membagikannya kepada orang-orang di sekitar kita.

Amin.